Pemerintah Dinilai Bisa Tiru Belanda Kurangi Perokok Lewat Produk Alternatif Tembakau
ILUSRASI UNSPLASH/Sajjad Zabihi

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta meniru negara Eropa untuk menekan angka perokok dewasa. Salah satunya adalah Belanda yang memiliki klinik khusus bagi mereka yang sudah kecanduan.

"Mereka punya klinik untuk mengatasi kecanduan, salah satunya untuk rokok. Jadi memang ada klinik khusus smoking cessation yang terprogram menggunakan produk alternatif (tembakau, red)," kata Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Jakarta, Laifa Annisa, Rabu, 24 Mei.

Sementara itu, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung, Amaliya mengamini vape sebagai produk alternatif tembakau lebih aman dari rokok konvensional. Alasannya, komponen tar atau residu hasil pembakaran yang berbahaya bagi tubuh tidak ditemukan.

"Yang terdapat dalam produk tembakau dipanaskan dan vape hanya pemanasan, tidak ada asap. Rokok yang dibakar tentu mengeluarkan lebih banyak toxic dan penyebab kanker (karsinogen)," ujarnya.

Meski dianggap lebih aman, ternyata penggunaan produk alternatif tembakau ini mendapat sandungan. Penyebabnya, dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Kesehatan disebut produk alternatif tembakau memiliki kesamaan dengan narkotika.

Hal ini kemudian ditentang Anggota DPR Yahya Zaini yang menganggap penyamaan itu tak tepat. "Memang pengaturannya harus berbeda karena memang risikonya lebih kecil," tegasnya.

"Memang dalam RUU disebutkan termasuk hasil produk turunan dari tembakau adalah rokok elektrik dikategorikan sebagai bahan berbahaya. Nanti akan kita pisah secara lebih rinci," pungkas Yahya.